Saturday, June 18, 2011

Malaikat bertanya pada Nabi Muhammad SAW

Tiada Tuhan selain Allah sendiri, tiada bersekutu dan dengan-Nyalah adanya daya kekuatan. Segala puji untuk Allah yang menciptakan semua alam dan yang mengembalikan ruh pada jasadnya di Hari Qiyamat. Rahmat dan salam semoga terlimpah pada junjungan kita, Nabi Muhammad penutup para nabi dan seutama-utamanya utusan, serta pada sekalian keluarganya.

Tersebut dalam Hadits, dari shahabat Umar r.a. : "Tengah kami duduk pada suatu hari bersama-sama Rasulullah s.a.w., datanglah seorang laki-laki, putih bersih pakaiannya, hitam bersih rambutnya, tak terkesan padanya tanda orang bepergian dan tiada seorangpun diantara kami yang mengenalnya; kemudian ia bersimpuh di hadapan Nabi dengan merapatkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya pada paha Nabi. Lalu ia berkata : "Hai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam !". Nabi menjawab : "Islam, ialah engkau mempersaksikan : tiada Tuhan selain Alah dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan sholat, membayar zakat, berpuasa Ramadlan dan pergi Haji bila engkau mampu melakukannya". Kata orang itu : "Benar engkau !". Maka heranlah kami, betapa ia bertanya lalu membenarkan. Orang itu bertanya pula : "Terangkanlah kepadaku tentang iman !" Nabi menjawab : "Ialah bahwa engkau percaya akan Allah, Malikatnya, Kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, Hari Kemudian dan percaya akan takdir baik dan takdir buruk". Orang itu berkata : "Benar engkau !" (HR Muslim)

Kemudian daripada itu, maka kalangan umat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas kepercayaan bahwa seluruh alam kejadian itu mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidakadaan dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam pengetahuan tentang alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama (3). Demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan pokok-pokok kepercayaan yang benar.

Istimewanya Manusia


Manusia berbeda dengan binatang. Manusia memiliki lebih apa yang dimiliki binatang. Misalkan seekor lembu yang baru lahir. Tanpa usaha lagi binatang itu adalah lembu. Lembu yang tidak mengalami proses pembelajaran, dan lainnya, maka jika ia dicucuk hidungnya pun tak membantah. Karena tidak ada proses pembelajaran yang ia alami dan proses memperbaiki diri. Sejak dulu lembu telah diperlakukan seperti itu. Berbeda dengan manusia. Semenjak manusia ini lahir ke dunia, tidak serta merta ia menjadi manusia sesungguhnya. Ia harus belajar menjadi manusia sesungguhnya dengan waktu yang tidak pendek. Manusia yang belum menjadi manusia ini akan mengalami proses pembelajaran, perbaikan, dan lainnya yang tidak dialami bayi lembu tersebut. Berdasarkan pengalaman, akal, mental yang semakin berkembang menjadi lebih baik, maka manusia ini barulah disebut manusia sejati.
Manusia berbeda dengan binatang. Seekor lembu yang memiliki tubuh besar, kuat, sehat pastilah bernilai jual tinggi. Berbeda dengan lembu yang kurus lagi sakit-sakitan. Lain pula dengan seekor burung, burung ini akan bernilai jual tinggi jika ia memiliki bulu-bulu yang yang menarik, bagus dan kicauan yang sangat merdu. Jika kita nilaikan dengan uang, binatang tersebut memiliki daya nilai jual yang memuaskan dompet. Jelas berbeda dengan manusia. Manusia tidak dinilai dengan tubuh atletis, ganteng ataupun cantik. Manusia yang paling berharga terletak pada iman, hati, perilakunya yang selalu menyandarkan pada syariat Allah yang termaktub dalam Alqur’an dan Assunah.
Mengapa harga manusia terletak pada imannya?karena manusia adalah makhluk paling sempurna. Manusia yang diperintahkan untuk selalu beribadah kepadaNya. Yang dikaruniai akal, mental untuk menjadi khalifah di bumi ini. Semangat saudaraku...mari bersama perbaiki diri...